3.
Aku mengendap, di tempat
paling bawah dalam gelas.
di antara butiran legam remah biji kopi
mendongak tak lepas pandang mata
tiap sesapan, di bibir gelas
Bagaimana rasanya,
Apa rasa itu yang kamu cari?
lalu, Sore mengisi tanpa gerimis.
penuh jingga mengiris lebar-lebar langit.
Apa hari mu menyenangkan barusan?
Menyangsikan gurau dari tiap tiap
sulaman, para pemilik suara.
**
5.
Bila kelak satu bingkis
karangan bunga tidak bisa membuat matamu berbinar, dan
mulutmu mengatup lepas, akhirnya
ternyata kita sudah tidak sama.
Mari tersenyum atau
membenci saja sesudahnya, kita
yang pernah mencinta
dan rapalan rindu tiap tengah malam
Tidak mundur lagi dengan pilihan.
**
7.
Apakah laki-laki
yang pergi tanpa berpamit,
tidak boleh punya, kesempatan untuk menyapa?
ah iya, dusta.
Itu tidak hanya singgah
untuk menyapa.
Bagaimana dengan
mengaku; Aku
sungguh-sungguh mencinta?
apakah aku yang pergi
sudah tidak lagi sama? atau
Kamu yang sudah tidak lagi sama?
**
11.
Senja Abadi, jingga yang
menabur seisi mata yang
berjalan setapak kaki sebelum
suara bilal mengingatkan.
Menjaga garis, di antara
dipan besi di seberang taman.
Sungging senyum selalu sama, bahwa
bahagia adalah bahagia yang kamu tularkan.
Aku bahagia melihat kamu berbahagia.
Laju
Jaya A. Saputra
03.31