Rahasia.
Semua orang punya beban berat dipunggungnya untuk di tanggung sendiri. Entah akan jadi pendiam yang hanya butuh pegangan erat, atau jadi pengiba yang mimiknya sangat sedih lalu bercerita hingga semuanya jadi lega.
Semua orang punya cara sendiri menangani masalahnya. Entah datang dengan gagah lalu bertanya 'apa masalahnya?'. Atau hanya jadi pendiam, 'Yaudah biarin aja' lalu beberapa saat kemudian mengeluhkan semuanya.
Semua orang punya batasan-batasan untuk rasa sabarnya. Entah tentang keluarga, sahabat, kekasih, fisik, agama, apapun itu.
Semua orang punya fikiran yang semua orang lain tidak bisa mengerti. Kalimat 'Saya ngerti perasaan kalo jadi kamu' adalah salah besar. Bagaimana bisa? Sebutir debu pun tak ada orang lain yang mengerti perasaan orang lain. Ya, perputaran setan yang absurd.
Ketika semua hal seperti di atas bergesekan akan seperti apa hasilnya? Ya. Kita semua punya bayangannya masing-masing. Di situasi seperti itu tenang harus segera muncul. Perlahan akan datang hal yang di sebut orang-orang, yaitu; Relatif. Relatif datang satu paket bersama selera.
Secara harfiah, esensi relatif adalah tidak mutlak.
Ketika sebuah penilaian tidak bisa dinilai, relatif hasilnya.
Ketika sebuah pendapat bergesekan dengan pendapat lainnya, relatif hasilnya.
Ketika sebuah nasi terlihat lebih banyak di piring yang lain ketimbang piring yang disebelahnya, relatif pula hasilnya.
Jika mungkin kebetulan, saya menyukai ulat bulu dan sangat membenci kucing. Saya tidak bisa memaksa orang lain untuk ikut menyukai kesenangan saya dan ikut marah pada apa kebencian saya.
Saya, bahkan mungkin semua orang harus berterima kasih kepada Einstein yang sudah menemukan teori relativitas cahaya, yang mematahkan hipotesis beberapa ilmuan lainnya. Dan pada akhirnya paten itu dijadikan contoh untuk semua hal. Dijadikan penengah untuk beberapa hal. Dijadikan superior ketika pemikir-pemikir baik yang saling mengerti, menjunjung itu.
Relatif, terimakasih.
0 komentar:
Posting Komentar