Kita semua Arang.

Saya Indonesia, dan Saya Anti-Persekusi.
Negara memfasilitasi dengan menkonfrontir semua-nya baik korban dan pelaku persekusi dalam lindungan ranah hukum. Terserah tentang kamu dan kamu menyebut sama-sama dirinya korban, tapi maju saja dan nyatakan di muka hukum.
Tidak boleh seseorang menetapkan oranglain bersalah dan melakukan penghukuman tanpa melalui proses hukum atas dasar 'barangsiapa yang memper-olok Agama dan Aqidah wajib di perangi' Wahai Coboy!


Tidak perlu 100 tahun Penjara untuk membunuh seorang manusia, Saya percaya hukum paling kejam adalah Penilaian Sosial.


Dan ini berlaku untuk saya dan semuanya, jangan menilai general keseluruhannya adalah sisi sebelah lainnya saja yang penuh kebencian. Kita pun harus sadar, kita penuh kebencian.




Dan Hukum adalah kecacatan paling rendah parameter berfikir benar dan salah.
Hukum itu paling rendah. Di atas hukum itu ada akhlak, di atas akhlak ada taqwa, karomah, kemuliaan dan seterusnya. Jangan pernah sebuah negara jadi negara hukum. Harus kalau bisa jadi negara akhlak atau moral. Kalau negara hukum, ada orang mati di jalan, anda lewati (tidak menolong), tidak masalah menurut hukum, tapi salah menurut akhlak.
Ada orang kecelakaan anda tidak tolong, tidak masalah menurut hukum. Ada orang lapar tidak anda kasih makan, tidak masalah menurut hukum, tapi salah menurut akhlak. Maka negara hukum itu rendah. Hukum itu hanya jalan kalau ada aparatnya. Sialnya banyak aparat yang malah suka mengancam : “Wani piro!?”
Rakyat sekarang tidak punya parameter berpikir yang benar. Rakyat dgn bodoh menyelesaikan semua urusan pada negara. Baik dan buruk diserahkan pada hukum, itu bodoh! Hukum itu tidak mampu mengurusi kebaikan dan kebenaran sampai tingkat yang diperlukan manusia. Hukum itu tahunya satu level kecil, orang nyopet yang dilihat nyopetnya, dia tidak pernah bertanya kenapa nyopet. -Saya sadur dari Hot Thread Kaskus milik Lobesegitelu dengan pembahasan Pemikiran Cak Nun, Negara Hukum itu Rendah. - Emha Ainun Nadjib.


Karna Hukum di Zaman Khalifah Umar ibn Khattab tidak sentris dan general tentang akibat perbuatan, saya ambil contoh; Ada seseorang yang mencuri makanan di sebuah tenda pedagang di Madinah, dan Ketahuan oleh pemiliknya bahwa dagangannya di curi. Lalu sang Pemilik menginginkan Qadhi(Hakim) untuk Hukum yang setimpal bagi pencuri tersebut.
Lalu sang Pedagang dengan mengajak serta si pencuri tersebut datang ke hadapan Umar dan menceritakan duduk salah perkaranya.
Umar bertanya kepada pencuri; "Apakah benar kamu mencuri makanan tersebut?" tanya umar. "Benar ya Amirul Mukminin". jawab orang tersebut dengan ketakutan.
"Kalau begitu aku akan menegakkan hukum islam kepada kamu." ujar Umar. "Dalam hukum Islam, pencuri di potong tangan." Dan orang tersebut makin ketakutan, dan tidak mampu menjawab.
"Tapi aku ingin bertanya, kenapa kamu mencuri makanan dari tenda si fulan." lanjut Umar. tapi orang tersebut diam, tidak menjawab. "Tidak usah takut, jawablah dengan jujur".

"Aku kelaparan ya Amirul Mukminin dan belum memakan apapun hampir 3 hari." Akhirnya dijawabnya dengan terbata-bata. "Aku sudah mencoba meminta dari tenda si fulan dan bercerita bahwa aku belum makan, tapi dia tidak memberikan ku sepotong daging pun. Jadi aku terpaksa mengambil tanpa izin dari tenda si fulan, ya Amirul Mukminin". Lanjutnya.
Lalu Umar menarik nafas panjang dan menatap mereka berdua.
"Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan dan berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Kata Umar membacakan Surah Al-Maidah ayat 3.
Dan sang Pencuri itupun dibebaskan, tapi Sang Pemilik tenda yang menjual Makanan tersebut dimasukkan penjara oleh Umar, dan diketahui bahwa si pemilik tenda adalah orang yang kikir lagi pelit untuk membantu kepada oranglain.
"Kamu mengetahui keadaan saudaramu, tapi kamu membiarkannya kelaparan, maka kamu harus menanggung semua perbuatannya." Kata Umar tegas.
Begitulah cara Umar menyelesaikan sengketa yang terjadi di masa kekhalifahannya. Umar di kenal tegas dan Adil. Karna itu Umar mendapat julukan Al-Faruq, sang Pembeda. Yang membeda-bedakan yang mana Haq dan batil.
“Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
anjut Umar. Budak itu diam, tidak menjawab. “Tidak usah takut, jawablah dengan jujur,” kata Umar.

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap



Koalisi masyarakat Sipil Anti-Persekusi di Hotline Crisis center : 0812-8693-8692

Untuk digaris bawahi, saya menulis ini bukan karena menginginkan ke Khilafah-an islam tegak sebagai hukum yang berlaku sekarang, hanya untuk membuat referensi dan mengambil substansi yang sama dalam makna luas, yang dijadikan usulan dari peristiwa-peristiwa tersebut.
Saya tetap percaya pada hukum yang paling kejam adalah Penilaian Masyarakat. Terimakasih. 

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar