Biarkan?

Kurindu…. Lebih baik katakan apa adanya, bila memang rindu.
Kurindu…. Karena waktu takkan mampu berpihak pada perasaan, yang meragu. – Sabda Rindu, Glenn Fredly.




Tahun 2016 selesai, Berganti tahun yang baru. Bagi manusia yang lainnya, mereka semua sepakat untuk merayakan pergantian tahun dan memberi diri kaca untuk menilai sudah sejauh dan sampai mana mereka berpijak dan memilih. Padahal, sama saja, hanya berganti hari. Hanya berganti dari sabtu ke minggu. Atau senin ke selasa. Sama saja. Tapi semua nya sepakat untuk merayakan nya dalam gegap gempita, berteriak dan bersuara senang. Menyayikan kebahagian… Semu. Saya dan semuanya.
Konsep menghamburkan ini masih belum bisa saya mengerti juga, sampai hari ini. Atau karna saya masih jadi manusia biasa? Belum punyai biaya untuk menaiki tangga raja yang bebas menaiki dagu-nya. Atau bebas memilih harga yang tertera dalam tiap patung di toko yang memiliki nama megah bagi peminat status tatapan manusia, lainnya.


Ah sudah dulu, mari berbicara perihal rindu. Rinduku adalah tentang membencimu. Meneriaki mu, dan memusuhimu, sekejam-kejam nya memarahi. Tapi bohong………. Rinduku adalah terus mencarimu, dalam setiap ruangan yang ada dalam kepalaku. Rinduku adalah terus terfikirkan wajahmu. Bahwa tiap jaringan neuron dalam otak ini terus memberi gambaran tentangmu, hingga mengkeryitkan dahi. Membuat bagian yang lain heran.

Kamu tidak setinggi dulu lagi. Sila berhamburan rasa, tentang tersenyum dan kecewamu.

Rinduku…………. Entah seperti apa rinduku, tapi aku bisa menjelaskan malam ku, malamku berisi cahaya temaram dari lampu di ujung ruangan dan sorotan tajam dari layar gadget yang bisa kuketik ini, dengan sejoli karib; sang asap dan wadahnya. Lalu alunan merdu Frank Sinatra atau beberapa lagu Peneduh yang kupilah-pilih tembangnya.




Biarkan, Dewi malam menatap sayu, meratapi bulan yang memudar?

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar